Dalam buku berjudul “Durratun Naashihin” (Mutiara Ahli
Nasihat) karya Syeh Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syaakir Alkhaubawiyyi
(seorang ulama yang hidup pada abad XIII Hijriyah) diceritakan bahwa Nabi Sulaiman
a.s., seorang nabi yang begitu kaya raya, meminta izin kepada Tuhan; “Ya
Tuhanku, berilah aku izin untuk memberi rezeki kepada setiap makhluk selama
satu tahun!” “Engkau tidak akan mampu wahai Sulaiman...” Allah berwahyu
kepadanya. Lalu Nabi Sulaiman menawar, “Bagaimana jika sehari?”. Maka Allah
ta’ala pun mengizinkannya.
Kemudian Nabi Sulaiman a.s. menyuruh seluruh bala tentaranya dari
golongan jin dan manusia untuk mengumpulkan bahan makanan dan memasaknya selama
empat puluh hari. Lalu makanan tersebut diletakkan di padang yang luas. Konon
ukuran padang tersebut adalah seukuran panjang benang sejauh perjalanan sebulan
dan lebarnya sama dengan panjangnya.
Setelah semuanya siap, Allah berwahyu kepada Nabi Sulaiman,“Makhluk
mana yang akan menyantap hidanganmu lebih dulu?” Nabi Sulaiman
menjawab,”Penduduk darat dan laut!” Allah kemudian memerintahkan serombongan
ikan besar dari laut supaya mendatangi undangan Sang Nabi. Ikan besar itu
mengangkat kepalanya serta menghampiri hidangan tersebut seraya berkata,”Hai
Sulaiman, sungguh Allah telah menjadikan rezeki kami hari ini di tanganmu!”.
Sang Nabi berkata,”Ambillah makanan itu!” Maka ikan itu pun mulai makan dan
menghabiskan semua hidangan yang ada. Lalu ikan itu berkata,”Nabi kami masih
lapar, apakah masih ada makanan yang lain?” melihat kejadian tersebut, Nabi
Sulaiman menangis, bersujud seraya berkata, “Maha Suci Dzat (Allah) yang telah
menanggung rezeki tiap makhluk.”
Bila kita membaca kisah di atas tanpa bertafakur mungkin kesannya
akan sangat biasa. Tapi coba kita sedikit saja berhitung tentang luasnya tempat
hidangan makanan Sang Nabi, pasti kita tercengang. Ukuran (panjang x lebar)
tempat makanannya = jarak perjalanan sebulan (tanpa henti) x jarak perjalanan
sebulan (tanpa henti). Untuk ukuran saya sendiri, dalam waktu 1 jam katakanlah
saya bisa berjalan 3 km. Dalam sehari (24 jam) berarti jarak yang ditempuh adalah 72 km. Dalam
sebulan jaraknya adalah 72 km x 30 = 2.160 km. Jarak tersebut sama dengan 2x
panjang pulau Jawa. Hidangan sebanyak itu habis hanya untuk satu jenis ikan,
bahkan masih kurang. Lalu berapakah yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan
setiap makhluk walau hanya dalam sehari? Bayangkan jumlah manusia sekarang
sekitar 5-6 milyar, belum termasuk hewan di darat dan laut lainnya. Luar biasa
bukan?
Lalu mengapa kita terkadang menganggap Allah tidak mampu mencukupi
kebutuhan kita sehingga kita lari meniggalkan-Nya dan bergantung kepada selain
Allah? Ada sarjana yang bergantung pada ijazah, ada pedagang yang bergantung
pada jimat penglaris, ada pengusaha yang mendatangi dukun supaya sukses dsb.
Ketergantungan-ketergantungan inilah sebenarnya yang membuat hidup ini semakin
semrawut. Kembalilah kepada Allah dengan memurnikan tauhid kita kepada-Nya.
Memohonlah dan mintalah segalanya kepada Maha Segala yang Maha Kaya. Semoga doa
kita diijabah oleh-Nya, Kawan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar