Rabu, 23 Juli 2014

Tafakur



Dalam buku berjudul “Durratun Naashihin” (Mutiara Ahli Nasihat) karya Syeh Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syaakir Alkhaubawiyyi (seorang ulama yang hidup pada abad XIII Hijriyah) diceritakan bahwa Nabi Sulaiman a.s., seorang nabi yang begitu kaya raya, meminta izin kepada Tuhan; “Ya Tuhanku, berilah aku izin untuk memberi rezeki kepada setiap makhluk selama satu tahun!” “Engkau tidak akan mampu wahai Sulaiman...” Allah berwahyu kepadanya. Lalu Nabi Sulaiman menawar, “Bagaimana jika sehari?”. Maka Allah ta’ala pun mengizinkannya.
Kemudian Nabi Sulaiman a.s. menyuruh seluruh bala tentaranya dari golongan jin dan manusia untuk mengumpulkan bahan makanan dan memasaknya selama empat puluh hari. Lalu makanan tersebut diletakkan di padang yang luas. Konon ukuran padang tersebut adalah seukuran panjang benang sejauh perjalanan sebulan dan lebarnya sama dengan panjangnya.
Setelah semuanya siap, Allah berwahyu kepada Nabi Sulaiman,“Makhluk mana yang akan menyantap hidanganmu lebih dulu?” Nabi Sulaiman menjawab,”Penduduk darat dan laut!” Allah kemudian memerintahkan serombongan ikan besar dari laut supaya mendatangi undangan Sang Nabi. Ikan besar itu mengangkat kepalanya serta menghampiri hidangan tersebut seraya berkata,”Hai Sulaiman, sungguh Allah telah menjadikan rezeki kami hari ini di tanganmu!”. Sang Nabi berkata,”Ambillah makanan itu!” Maka ikan itu pun mulai makan dan menghabiskan semua hidangan yang ada. Lalu ikan itu berkata,”Nabi kami masih lapar, apakah masih ada makanan yang lain?” melihat kejadian tersebut, Nabi Sulaiman menangis, bersujud seraya berkata, “Maha Suci Dzat (Allah) yang telah menanggung rezeki tiap makhluk.”
Bila kita membaca kisah di atas tanpa bertafakur mungkin kesannya akan sangat biasa. Tapi coba kita sedikit saja berhitung tentang luasnya tempat hidangan makanan Sang Nabi, pasti kita tercengang. Ukuran (panjang x lebar) tempat makanannya = jarak perjalanan sebulan (tanpa henti) x jarak perjalanan sebulan (tanpa henti). Untuk ukuran saya sendiri, dalam waktu 1 jam katakanlah saya bisa berjalan 3 km. Dalam sehari (24 jam) berarti  jarak yang ditempuh adalah 72 km. Dalam sebulan jaraknya adalah 72 km x 30 = 2.160 km. Jarak tersebut sama dengan 2x panjang pulau Jawa. Hidangan sebanyak itu habis hanya untuk satu jenis ikan, bahkan masih kurang. Lalu berapakah yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan setiap makhluk walau hanya dalam sehari? Bayangkan jumlah manusia sekarang sekitar 5-6 milyar, belum termasuk hewan di darat dan laut lainnya. Luar biasa bukan?
Lalu mengapa kita terkadang menganggap Allah tidak mampu mencukupi kebutuhan kita sehingga kita lari meniggalkan-Nya dan bergantung kepada selain Allah? Ada sarjana yang bergantung pada ijazah, ada pedagang yang bergantung pada jimat penglaris, ada pengusaha yang mendatangi dukun supaya sukses dsb. Ketergantungan-ketergantungan inilah sebenarnya yang membuat hidup ini semakin semrawut. Kembalilah kepada Allah dengan memurnikan tauhid kita kepada-Nya. Memohonlah dan mintalah segalanya kepada Maha Segala yang Maha Kaya. Semoga doa kita diijabah oleh-Nya, Kawan!